1 Komentar

Kegagalan Difusi Inovasi Bidang Kajian Teknologi Pendidikan

Oleh Arjuna Putra Aldino

Teknologi pendidikan sebagai suatu disiplin keilmuan, pada awalnya berkembang sebagai bidang kajian di Amerika Serikat. Meskipun demikian menurut beberapa penulis Amerika Serikat diakui bahwa para pendahulu atau nenek moyang (forefathers) teknologi pendidikan kebanyakan berasal dari luar Amerika Serikat. Secara eksplisit Saettler menganggap bahwa Komensky merupakan pionir teknologi pendidikan dengan pendapat perlunya visualisasi dalam pengajaran, yang tertuang dalam bukunya, Orbis Sensalium Pictia.

Demikian juga dengan Rousseau, Pestalozi, Froebel yang menekankan perlunya rangsangan indra untuk meningkatkan efektivitas belajar. Prosedur, pengajaran yang dinyatakan oleh Herbart, juga dapat dikatakan sebagai awal dari apa yang kita kenal sekarang sebagai desain pembelajaran (Drs. M. ARIF AM, M.A, 2010). Kemudian setelah mengalami beberapa perkembangan beberapa ahli mencoba untuk menekankan definisi Teknologi Pendidikan sebagai bidang kajian beserta menentukan bidang garapan kajian tersebut. Definisi ini merupakan suatu perubahan penting dalam paradigma atau pola berpikir dalam teknologi pendidikan.

AECT membentuk suatu Komisi Definisi dan Terminologi pada tahun 1990 yang dipimpin oleh Barbara B. Seels, dengan 21 orang anggota. Setelah bekerja selama tiga tahun, komisi ini merumuskan definisi dan terminologi baru yang merupakan definisi keempat. Laporan komisi diterbitkan dalam buku Instrucksional Technology: The Definition and Domains of the Field (1994), dengan penulis akhir Barbara B. Seels dan Rita C. Richey. Terjemahan buku ini ke dalam Bahasa Indonesia diterbitkan oleh Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia (IPTPI) sebagai Seri Pustaka Teknologi Pendidikan 12 pada tahun 2000 (Drs. M. ARIF AM, M.A, 2010).

Definisi yang kerap kali menjadi landasan kajian Teknologi Pendidikan di Indonesia adalah Definisi Tahun 1994, yang berbunyi : “Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi terhadap proses dan sumber belajar” (AECT, 1994).

Definisi ini mempunyai 5 kawasan yakni Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan, dan Penilaian. Masing-masing kawasan tersebut mempunyai sub kawasan yang lebih spesifik mengkaji konsentrasi dari kawasannya. Seiring berjalannya waktu definisi tersebut mengalami perubahan. Definisi baru pun muncul pada tahun 2004 yang menyatakan bahwa Teknologi Pembelajaran adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi (AECT, 2004).

Masalah kekinian di internal Jurusan Teknologi Pendidikan UNY

Di internal Jurusan Teknologi Pendidikan terutama yang saya amati di Jurusan Teknologi Penddidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta terjadi berbagai masalah yang membingungkan yakni pertama, ketidakjelasan terkait apa itu Teknologi Pendidikan. Belum terdapat kesepakatan yang jelas dan benar-benar sahih sehingga dapat menjadi pijakan untuk mengembangkan bidang kajiannya. Masih terdapat perbedaan pendapat sehingga membingungkan para mahasiswa untuk menekuni bidang tersebut.

Hal ini disebabkan pula mata kuliah yang mengkaji tentang apa itu Teknologi Pendidikan kurang ditekankan dan kurang ditanamkan. Kedua, terjadi ketidakjelasan terkait apa itu Teknologi Pendidikan membuat permasalahan semakin meluas. Teknologi Pendidikan mengalami degradasi makna menjadi guru TIK, Broadcast, menjadi tereduksi sebagai bidang kajian yang mengurusi hal-hal teknis.

Ketiga, mata kuliahnya pun diarahkan untuk mengembangkan hal-hal teknis (ditambah adanya konsentrasi media dan TIK) bukan untuk mengkaji secara mendalam sehingga memperoleh makna apa itu Teknologi Pendidikan. Hal ini bukan justru mencerahkan melainkan menjadi masalah baru ketidakjelasan dan reduksi yang radikal. Keempat, reduksi menjadi guru TIK, Broadcast dan lainnya justru membuat mahasiswa semakin bingung mendapatkan posisi pekerjaan karena harus bersaing dengan jurusan-jurusan yang berkonsentrasi penuh pada hal-hal tersebut seperti Ilmu Komputer/Informatika dan Broadcasting yang memang bidang kajiannya.

Hal ini menjadi semacam penyakit “kegalauan” tahunan di kalangan mahasiswa Teknologi Pendidikan. Kegalauan tersebut membuat mahasiswa justru “kepalang tanggung” dan akhirnya menyerah pada keadaan yakni reduksi makna TP yang sudah keluar dari jalurnya. Hal ini tidak boleh dibiarkan, sayang Teknologi Pendidikan sebagai bidang kajian sangat berpotensi besar untuk mengembangkan Pendidikan di bangsa ini. Kemajuan besar di bidang Pendidikan setidaknya terdapat andil Teknologi Pendidikan yang terus berpacu untuk menyelesaikan masalah belajar. Kemajuan Pendidikan di Negara maju pun tidak terlepas dari berkembangnya kajian ilmu Teknologi Pendidikan yang turut mereformasi paradigma, strategi bahkan metode pembelajaran yang digunakan institusi Pendidikan tersebut.

Kegagalan Difusi Teknologi Pendidikan sebagai Inovasi

Terjadinya reduksi yang radikal makna Teknologi Pendidikan yang membuat hilangnya “roh’ Teknologi Pendidikan sebagai Bidang kajian yang berfokus untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana manusia belajar. Bagaimana manusia belajar sebagai objek telaah Teknologi Pendidikan. Sedangkan bagaimana agar manusia dalam belajar dapat terfasilitasi, juga efektif serta efisien pembelajaran dapat ditingkatkan dengan cara menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber yang tepat sebagai penggarapan objek telaah Teknologi Pendidikan demi terwujudnya masyarakat belajar.

Disini Teknologi Pendidikan menjadi sebuah “inovasi” dalam bidang Pendidikan khususnya dalam hal mengurusi bagaimana manusia belajar. Terjadinya reduksi Teknologi Pendidikan sebagai guru TIK, Broacadst dan lainnya tidak terlepas dari kegagalan proses difusi Teknologi Pendidikan sebagai Inovasi. Analisis kegagalan difusi Teknologi Pendidikan sebagai Inovasi yakni disebabkan oleh hal-hal, pertama, kegagalan pada Tahap Awareness (Kesadaran), yaitu tahap seseorang tahu dan sadar tentang inovasi.

Disini kurang adanya pemahaman yang mendalam terkait apa itu Teknologi Pendidikan dari mahasiswa TP sehingga kurang ditangkapnya makna atau substansi dari TP itu sendiri. Perlu adanya kajian yang mendalam dari Jurusan Teknologi Pendidikan UNY terkait membedah substansi dari objek telaah dan penggarapan objek telaah Teknologi Pendidikan . Hal ini dapat dijembatani oleh besarnya porsi mata kuliah yang mengkaji Teknologi Pendidikan dan adanya Pusat Studi Teknologi Pendidikan sehingga masyarakat TP dapat memahami benar makna Teknologi Pendidikan. Kemudian perlunya kesepakatan dari masyarakat TP terkait hal ini, sehingga adanya piijakan yang jelas untuk usaha mengembangkan bidang kajian TP itu sendiri. Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan pula terjadinya masalah pada Tahap Persuasi.

Ditandai dengan kurangnya ketertarikan mahasiswa TP itu sendiri dengan bidang kajiannya karena gagal pada Tahap Awareness. Perlu adanya penanaman makna Teknologi Pendidikan sebagai langkah melakukan Tahap Awareness. Reduksi makna TP disebabkan kegagalan paradigmatik dari masyarakat TP itu sendiri.

Hal ini berdampak sistemik, dimana kesalahan paradigmatik dalam Tahap Awareness terkait apa itu Teknologi Pendidikan berdampak pada seluruh aktivitas akademik yakni reduksi pada Tahap Implementasi. Reduksi Teknologi Pendidikan menjadi guru TIK, Broadcast dan lainnya merupakan dampak sistemik dari kegagalan Tahap Awareness.

Reduksi pada Tahap Implementasi dapat diselesaikan dengan mengembalikan esensi atau redefinisi terkait Teknologi Pendidikan yang dapat dilakukan oleh masyarakat TP sendiri. Selama tidak ada upaya demikian, akan selalu terjadi degradasi makna dan penyempitan paradigmatik di masyarakat Teknologi Pendidikan itu sendiri. Perlu adanya semacam “Revolusi Pemikiran” atau “Penataan sudut pandang” dalam masyarakat TP sehingga masyarakat TP dapat mengembangkan bidang kajiannya. Penggalian esensi TP itu sendiri harus intensif dilakukan untuk menyegarkan pandangan-pandangan yang telah tereduksi tersebut.

1 comments on “Kegagalan Difusi Inovasi Bidang Kajian Teknologi Pendidikan

Tinggalkan komentar